Jaga iman dan sempurnakan
Setiap Muslim berkewajiban untuk menjaga
keimanannya dan ketaqwaannya kepada Allah Subhanahu Wata’ala agar mata
hati, akal sehat, dan perasaannya tetap berada diliputi oleh cahaya
kebenaran dari Allah SWT, sehingga terhindar dari mengikuti
langkah-langkah setan.
Mengenai hal ini Rasulullah Shallallahu
‘alaihi Wassalam senantiasa mengajarkan umatnya untuk berupaya
semaksimal mungkin menyempurnakan imannya setiap saat, dimana dan kapan
pun juga. Oleh karena itu tidak semestinya seorang Muslim
memprioritaskan hal lain selain sempurnanya iman dalam jiwa dan raga
secara terus-menerus sepanjang hidup.
Menjaga iman apalagi menyempurnakannya
bukanlah perkara mudah namun juga tidak berarti tidak bisa diupayakan.
Hanya ada satu syarat seorang Muslim bisa menyempurnakan iman dengan
sebaik-baiknya, yaitu menjadi Muslim secara kaffah.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ ادْخُلُواْ فِي السِّلْمِ كَآفَّةً وَلاَ تَتَّبِعُواْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu.” … (QS.2 Al-Baqarah : 208)
Muslim kaffah ialah Muslim yang
senantiasa mengikuti Rasulullah dalam segala hal dalam kehidupannya. Hal
itu tergambar dalam beberapa ayat Al-Qur’an.
Satu di antaranya adalah;
‘Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” … (QS.3 Ali Imran : 31)
Hal inilah yang mendorong Umar bin
Khaththab selalu gelisah dengan kondisi rakyatnya. Oleh karena itu dia
mengharamkan kemewahan bagi diri dan keluarganya. Selain itu Umar
merelakan seluruh hidupnya demi kebahagiaan seluruh rakyatnya yang
menjadi amanah tertinggi baginya sebagai seorang pemimpin.
Kerusuhan, kericuhan, dan kesemrawutan
yang terjadi hari ini boleh jadi dikarenakan sudah sangat banyak orang
yang meninggalkan ajaran Islam. Dalam hal apapun; memimpin, berdagang,
belajar, bekerja, hidup dll.
|
Kesempurnaan Iman
Dunia ini akan tetap aman dan tentram
manakala semua elemen masyarakat, bangsa dan negara mampu memperagakan
nilai-nilai Islam secara kaffah dalam kehidupan sehari-hari.
Seorang Muslim yang baik (imannya) adalah
Muslim yang benar-benar mengikuti risalah Rasulullah. Di antaranya
adalah senantiasa berkata baik atau diam, menghormati tetangga, dan
memuliakan tamu.
Dari Abu Hurairah ra., sesungguhnya Rasulullah Saw. bersabda,
”Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia berkata baik atau diam, siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia menghormati tetangganya dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya.”
(HR. Bukhori – Muslim)
Satu contoh kecil. Sekarang tidak jarang
orang terjebak oleh suasana hati yang kurang bersih, sehingga banyak
juga di antara umat Islam yang perkataannya sering melukai perasaan
saudara sesama Muslim.
Belum lagi akhlaq dan amalan-amalan mulia
Islam yang banyak ditinggalkan. Menerima tamu, menghormati tetangga,
bekerja, mengurus keluarga (termasuk suami/istri dan anak), mendidik
yang benar, yang kesemuanya menuju satu kesempurnaan iman.
Contoh lain. Tak sedikit gadis-gadis
Islam tergila-gila pria hanya karena ia ganteng dan cakep. Bukan karena
agamanya. Akibatnya, setelah setahun dua tahun menikah, ujungnya tak
lain perceraian belaka.
Tak sedikit orangtua depresi di hari tua,
karena anak-anak yang mereka lahirkan dan diidam-idamkan, akhirnya
tidak memiliki kecintaan dan rasa sayang padanya. Di kala anaknya sudah
sukses dan makmur, mereka jarang datang menjenguknya, kecuali hanya
kiriman uangnya tiap bulan.
“Di saat saya sakit dan menderita, mengjengukpun tidak pernah. Ia hanya mengirimkan uang saja.”
Sesungguhnya tak ada yang salah. Ketika
orangtua mengajarkan dan mendidik anak-anak mereka dengan sentuhan
finansial semata, di kala besar, pendekatan mereka juga finansial dan
uang.
Mungkin jika ditanya, anak-anak itu bisa
berkata. “Dulu semua dihitung dengan uang. Kini, ketika saya sukses,
telah aku kembalikan uangnya secara perlahan-lahan.”
Banyak orangtua salah mendidik anaknya.
Padahal, aset berharga sebagai bekal hidup di dunia fana adalah amal
jariyah dan anak yang sholeh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar